Kamis, 21 Mei 2015

RASHDUL QIBLAT (Menentukan Qiblat)

Rashdul Qiblah / Istiwa A`dhom, jatuh Tanggal 28 Mei & 16 Juli 2015 (hari untuk membenarkan / meluruskan arah shalat / kiblat)


Rashdul Qiblah / Istiwa A`dhom, jatuh Tanggal 28 Mei & 16 Juli 2015 (hari untuk membenarkan / meluruskan arah shalat / kiblat)

Pada tanggal 28 Mei pukul 16.18 WIB dan tanggal 16 Juli pukul 16.18 WIB posisi matahari tepat berada di atas ka'bah, sehingga pada saat itu setiap bayangan benda tegak (maksudnya garis bayangan dr timur ke arah barat/matahari) akan mengarah tepat ke arah KIBLAT atau disebut juga rasdul qiblah. Sehari sebelum dan sesudah tanggal tersebut pada jam yang sama masih dianggap akurat.

CATATAN:
- KHUSUS UNTUK TAHUN KABISAT, TANGGALNYA DIMAJUKAN 1 HARI MENJADI TANGGAL 27 MEI DAN 15 JULI
- daerah WITA ditambah 1 jam & daerah WIT ditambah 2 jam
jadi untuk daerah banjarmasin dan sekitarnya 28 Mei pukul 17.18 WITA & 16 Juli pukul 17.28 WITAcara untuk melakukan pengukuran arah kiblat ada bermacam2 pada tanggal, hari dan jam tersebut, diantaranya sebagai berikut:

1. Menggunakan bayangan tali besar berbandul yg digantung seperti ini:


2. Menggunakan bayangan tongkat tegak lurus seperti ini:


dengan niat tulus ikhlas utk meluruskan arah kiblat yg benar semoga Allah menerima amal ibadah kita. Amiin.
Tata Cara Penentuan Kiblat Melalui Fenomena Matahari Melintasi Kakbah
Adapun tata cara penentuan arah kiblat pada tanggal 28 Mei 2015 nanti adalah sebagai berikut: terlebih dahulu tentukan lokasi penentuan arah kiblat (lokasi penentuan akan lebih baik bila disekitar area masjid atau mushalla atau lapangan yang biasa dilakukan sebagai tempat salat berjamaah atau bisa juga di depan halaman rumah untuk menentukan arah kiblat di rumah masing-masing).
Berikutnya pastikan bahwa lokasi penentuan dalam keadaan datar dan mampu mendapatkan sinar matahari secara baik (tanpa pantulan dari bangunan gedung atau pohon). Kemudian siapkan tiang tegak lurus atau menggunakan benang berbandul untuk mendapatkan garis bayang matahari secara presisi. Setelah momen jam 16:18 WIB itu tiba, berilah tanda (garis) pada garis bayangan matahari ketika itu. Garis bayangan itu adalah arah kiblat. Selamat mencoba...

Ketika matahari berada di atas Ka`bah, maka secara otomatis bayang-bayang objek tegak di seluruh dunia akan lurus ke arah kiblat. Di daerah manapun yang mampu menerima sinar matahari pada jam tersebut dapat melakukan pengukuran dengan sederhana namun terjamin akurasinya. Arah lawan bayangan itulah arah Kiblat berada. Pengukuran arah kiblat yang memanfaatkan rashdul qiblah berpedoman matahari adalah navigasi yang telah Allah SWT berikan sejak dahulu.

Ilustrasi Fenomena Matahari Melintasi Kakbah
Secara astronomis fenomena matahari melintasi Kakbah terjadi akibat gerak semu tahunan matahari yang hanya terjadi di daerah yang memiliki lintang tidak lebih dari 23,5˚ LU dan 23,5˚ LS. Dalam rentang ini matahari akan menyapu (menyinari) daerah-daerah yang memiliki Lintang antara 23,5º LU dan 23,5º LS tersebut. Matahari melintasi Kakbah terjadi ketika matahari akan mencapai titik paling utara (deklinasi paling utara) dan kembali terjadi ketika matahari kembali menuju ekuator langit dari titik paling utara tersebut. Posisi matahari tepat berada di atas Kakbah terjadi apabila Deklinasi (δ) matahari sama dengan Lintang (φ) Kakbah atau Mekah. Maka ketika itu matahari akan berkulminasi di atas Kakbah, dan arah terjadinya bayang matahari terhadap suatu benda merupakan arah kiblat di berbagai wilayah permukaan bumi.

Momen ini terjadi sebanyak dua kali dalam setahun, yaitu tanggal 27 atau 28 Mei jam 16:18 WIB dan tanggal 15 atau 16 Juli pukul 16:27 WIB. Akibat peredaran bumi pada sumbunya dengan periode 24 jam, disaat yang sama bumi mengedari matahari dengan periode satu tahun. Akibatnya, matahari terlihat berubah posisinya dari hari ke hari, dan setelah satu tahun, kembali ke posisi semula. Dalam interval satu tahun, matahari pada suatu saat berada di utara ekuator (deklinasi paling utara 23,5°) dan pada saat yang lain berada di selatan ekuator. Matahari sampai sejauh 23,5º dari ekuator ke arah utara pada sekitar tanggal 22 Juni. Enam bulan kemudian, sekitar tanggal 22 Desember, matahari berada 23,5º dari ekuator ke arah selatan. Antara 22 Juni dan 22 Desember, matahari bergerak ke arah selatan ekuator. Sedangkan antara tanggal 22 Desember dan 22 Juni, matahari bergerak ke arah utara ekuator.

Gerak tahunan matahari ini dikombinasikan dengan gerak terbit-terbenam akibat rotasi bumi, maka matahari menyinari daerah-daerah yang memiliki lintang antara 23,5º LU dan 23,5º LS. Pada daerah-daerah di permukaan bumi yang memiliki lintang dalam rentang tersebut, matahari dua kali dalam setahun akan berada kurang lebih tepat di atas Kakbah. Mekah (Kakbah) memiliki lintang 21º 26' LU, yang berarti berada dalam daerah yang disebutkan diatas, maka dua kali dalam setahun, matahari akan tepat berada diatas kota Mekah (Kakbah). wallâhu a’lam.
Semoga Bermanfaat

Rabu, 22 April 2015

KITAB IHYA ULUMUDDIN

Ihya Ulumuddin Karangan Imam Ghozali (Free Download)


Kitab Ihya Ulumuddin yang bisa didownload dalam bentuk PDF, JAR atau JAVA (format HP) ini adalah karya seorang ulama besar, Hujjatul Islam, Al Imam Abu Hamid Ghozali atau Imam Ghozali adalah kitab besar yang sangat berpengaruh di kalangan umat Islam. Walaupun umur kitab ini sudah ratusan tahun, namun hingga kini, kitab ini tetap menjadi rujukan utama bagi para penempuh jalan sufi.

Kitab ini berisi ajaran tentang Adab, ibadah, tauhid, akidah dan tasawuf yang sangat mendalam. Kitab ini merupakan hasil perenungan yang mendalam dari Imam Ghozali tentang berbagai hal, khususnya tentang pensucian hati. Seorang ulama besar lainnya al-Imam an-Nawawi pernah berkata: “Jika semua kitab Islam hilang, naudzubillah, dan yang tersisa hanya kitab Ihya’ maka ia mencukupi semua kitab yang hilang itu.”


Silahkan download kitabnya atau terjemahnya secara GRATIS alias Cuma-Cuma dengan klik gambar berikut:


Minggu, 08 Februari 2015

BERSYUKUR ATAS MUSIBAH YANG MENIMPA

KH. Arwani Kudus

Bersyukur biasanya ketika kita mendapatkan ni'mah, tapi berbeda dengan Kyai Arwani beliau adalah Kyai yang terkenal dengan hafalan Qur'annya. Pesantrennya yang diasuhnya "Yanbu'ul Qur'an" di Kudus menjadi salah satu kiblat para hafidz-hafidzoh di Jawa Tengah.

Suatu hari ketika bepergian, di saat beliau turun dari bus di terminal Terboyo Semarang, Kyai Arwani kecopetan. Entah sudah tahu atau memang pura-pura tidak tahu, Kyai Arwani tidak perduli jika baru saja kecopetan. Santri yang mendampingi dan tahu kejadian kecopetan terkejut, seketika itu pula mereka pada mengejar pencopetnya.

"Copet ...! Copet ...!" teriaknya sambil mengejar. Suasana menjadi gaduh, serabutan, karena orang lain ikutan mengejar pencopet.

Tapi sayang, pencopetnya terlalu lincah berlari dan tampaknya cukup menguasai medan hingga gagal ditangkap. Para santri pada kecewa dan marah-marah pada pencopet yang sudah raib itu. Berani-beraninya si copet mengganggu sang Kyai, begitu kira-kira pikir mereka.

Copetnya pun keterlaluan, tidak lihat-lihat siapa yang akan dijadikan korban. Dan tentu saja, pencopet tidak peduli hal itu. Mungkin yang diingat oleh pencopet adalah uang, uang dan uang.

Bagi copet, siapa saja yang pegang uang, uang tetap bernilai uang. Yang juga tak kalah mengherankan adalah Kyai Arwani, tidak perduli dengan apa yang barusan terjadi. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa pada dirinya. Tenang-tenang saja, sibuk dengan dzikirnya. Sampai-sampai santrinya harus memberi tahu bahwa Kyai baru saja kehilangan dompet disikat pencopet.

"Kyai, Njenengan baru saja kecopetan!" kata santrinya memberitahu.

"Oh, ya?" jawab Kyai santai.

"Benar, Kyai. Tapi kami gagal menangkapnya! Keterlaluan betul pencopet itu!"

"Alhamdulillah .... Sudahlah kalian tidak perlu ribut-ribut. Saya bersyukur, yang dicopet itu saya!"

"Apa maksudnya Kyai?"

"Syukur .... syukur ..... Alhamdulillah. Karena saya yang dicopet, bukan saya yang jadi pencopetnya!"

Tentu saja para santri pada bengong mendengar jawaban Kyai.

"Kok bisa begitu Kyai?"

"Sekarang apa jawab kalian jika aku tanya, lebih baik mana, menjadi orang yang dicopet atau menjadi tukang copetnya?" tanya beliau kemudian.

Jawaban Kyai sungguh tak terbantahkan, masuk akal. Nuansa zuhud dan kesufian mengiringi ucapan-ucapan Kyai. Para santri yang menyertai beliau pada geleng-geleng kepala tanda paham dan takjub.

Dan para santripun mendapat pelajaran berharga yang belum pernah mereka jumpai dalam teori. Rupanya, dalam musibahpun bisa timbul rasa syukur, seperti yang sudah dicontohkan Kyai Arwani.

--0o0o0--

Cerita yang mampu membuat kita tersenyum dan juga mendapat banyak hikmah di dalamnya. Subhanallaah ... Betapa bersyukur itu tidak hanya ketika kita mendapatkan sesuatu. Namun, seperti yang telah dicontohkan Kyai Arwani di atas bahwa bersyukur pun dapat dilakukan ketika kita kehilangan sesuatu.